Tidak Ada Julukan GAM di Blog Ini

Menyimak bahwa blog ini ternyata menjadi bahan perbincangan orang. Agak GR nihh. Tertulis di salah satu komentar dari sini, http://www.firanda.com/index.php/artikel/31-bantahan/76-mengungkap-tipu-muslihat-abu-salafy-cs

Yang memprihatinkan .. ada tuduhan menjuluki GAM di sana.

# yudha 2010-11-04 08:27
ustadz selain dari situs abu salafy ada juga situs yang selama ini anti terhadap pemahaman salafiah..Dulu saya pernah di “cap” sebagai “GAM”( Gerakan Anti Maulid) oleh sebagian dari mereka..

ini situsnya:

Majelis Rasulullah tentang Tahlilan dan Yasinan

http://www.majelisrasulullah.org

.

# tommi 2010-11-05 08:55
@yudha,

yg pertama situsnya org fanatik asy’ariyah & fanatikers madzhab syafi’i, saking fanatiknya terhadap madzhab syafi’i kadang2 ia sampai menolak untuk menerima jika madzhabnya bertentangan dengan dalil shahih.

yg kedua, kita sama2 taulah situsnya siapa.

Jadi, jgn heran jika antum langsung dicap GAM oleh mereka, lah wong mereka itu alergi bgt ama wahabi, hehehee….

Saya tegaskan .. seingat saya, tak ada di artikel kami yang menjuluki GAM. Justru di artikel blog ini, ditampilkan dalil-dalil yang menjadi dasar amalan kami. Kami siap berdiskusi secara sehat.

Sedangkan julukan yang diberikan kepada kami sebagai fanatikers, menolak dalil sahih, dan sebagainya, biarlah pembaca yang menilai.  Artikel blog ini sejak awal dibuat untuk menampilkan dalil-dalil yang menjadi dasar amalan kami. Diskusi sehat sangat kami harapkan. Tentang tuduhan dan julukan itu, biarlah Allah yang akan mengadili.

Semoga Allah selalu meridloi. amien.

wallahu a’lam.

9 thoughts on “Tidak Ada Julukan GAM di Blog Ini

  1. السلام عليكم

    Setelah saya menyimak dari blog :

    http://www.firanda.com/index.php/artikel/31-bantahan/76-mengungkap-tipu-muslihat-abu-salafy-cs , seperti yang termaktub di blog ini juga maka saya mengirimkan tulisan di bawah ini ( sudah saya terjemahkan semoga bermanfaat walau pembahasannya agak berat ) :

    بسم الله الرحمن الرحيم

    الدليل على تنـزيه الله عن المكان والجهة من القرءان

    Dalil atas ketiadaan tempat dan arah bagi Alloh menurut Alquran

    1 ـ قال الله تعالى :{ليس كمثلِه شىء} [سورة الشورى/11]، أي أن الله تعالى لا يشبه شيئًا من خلقه بوجه من الوجوه، ففي هذه الآية نفي المشابهة والمماثلة، فلا يحتاج إلى مكان يحُل فيه ولا إلى جهة يتحيز فيها، بل الأمر كما قال سيدنا عليّ رضي الله عنه: “كان الله ولا مكان وهو الآن على ما عليه كان” رواه أبو منصور البغدادي. وفي هذه الآية دليلٌ لأهل السنة على مخالفة الله للحوادث، ومعْنى مُخالفةِ الله للحوادِثِ أنّه لا يُشْبِهُ المخْلُوقاتِ، وهذِه الصِّفةُ من الصِّفاتِ السّلْبِيّةِ الخمْسةِ أي التي تدُلُّ على نفْي ما لا يلِيْقُ بالله.

    1- Alloh ta`ala Berfirman : ( Tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya ) ( As-Syura : 11 ), yakni bahwa Alloh ta`ala tidak menyerupai sesuatupun dari mahluknya dari segala arah, maka dalam ayat ini adalah larangan menyerupakan dan menyamakan, maka Alloh tidak membutuhkan tempat untuk tinggal dan juga tidak membutuhkan arah yang condong kepadanya. Bahkan permasalahn ini seperti ucapan sayyidina Ali ra. : Adanya Alloh tidak membutuhkan tempat dan Dia sekarang seperti apa yang ada sebelumnya. Diriwayatkan oleh Abu Mansyur Al-Baghdadi. Maka dalam ayat ini menunjukan dalil bagi ahli sunah atas perbedaan Alloh dengan makhluk-Nya, yang mempunyai makna tidak menyerupai mahluk-Nya. inilah sifat dari sifat salbiyah yang lima yang menunjukan pengingkaran sesuatu yang tidak layak bagi Alloh.
    والدّلِيْلُ العقْلِيُّ على ذلِك أنّهُ لو كان يُشْبِهُ شيْئًا مِنْ خلْقِه لجاز عليْهِ ما يجُوزُ على الخلْق مِن التّغيُّرِ والتّطوُّرِ، ولو جاز عليْهِ ذلِك لاحْتاج إلى منْ يُغيّرُهُ والمُحْتاجُ إلى غيْرِه لا يكُونُ إِلهًا، فثبت لهُ أنّهُ لا يُشْبِهُ شيئًا.

    Dalil aqli atas itu bahwa jika Alloh menyerupai mahluk-Nya maka boleh atas-Nya sesuatu yang menjadi kebolehan atas makhluk-Nya berupa mengalami perubahan dan berkembang. Jika boleh (berlaku) seperti itu adanya perubahan maka akan membutuhkan kepada yang lain maka tidak bisa disebut sebagai Tuhan, maka yang valid adalah tidak ada sesuatu yang menyerupai-Nya.

    والبُرْهانُ النّقْلِيُّ لِوُجُوْبِ مُخالفتِهِ تعالى لِلْحوادِثِ قوله تعالى :{ليس كمثله شىء} وهُو أوْضحُ دلِيْلٍ نقْلِيّ في ذلِك جاء في القُرءانِ، لأنّ هذِهِ الآية تُفْهِمُ التّنْزِيْه الكُلِّيّ لأنّ الله تبارك وتعالى ذكر فِيْها لفْظ شىءٍ في سِياقِ النّفْي، والنّكِرةُ إِذا أُوْرِدت في سِياقِ النّفْي فهِي للشُّمُوْلِ، فالله تبارك وتعالى نفى بِهذِهِ الجُمْلةِ عنْ نفْسِهِ مُشابهة الأجْرامِ والأجْسامِ والأعراضِ، فهُو تبارك وتعالى كما لا يُشْبِهُ ذوِي الأرواحِ مِنْ إِنسٍ وجِنّ وملائِكةٍ وغيْرِهِم، لا يُشْبِهُ الجماداتِ من الأجرامِ العُلْوِيّةِ والسُّفْلِيّةِ أيضًا، فالله تبارك وتعالى لم يُقيّد نفْي الشّبهِ عنْهُ بنوْعٍ منْ أنْواعِ الحوادِثِ، بل شمل نفْيُ مُشابهتِهِ لِكُلّ أفْرادِ الحادِثاتِ، ويشْملُ نفْيُ مُشابهةِ الله لخلْقِه تنْزِيْهه تعالى عن المكان والجهة والكميّة والكيْفِيّةِ، فالكمّيّةُ هِي مِقْدارُ الجِرمِ، فهُو تبارك وتعالى ليْس كالجِرمِ الذي يدْخُلُهُ المِقْدارُ والمِساحةُ والحدُّ، فهُو ليْس بِمحْدُودٍ ذِي مِقْدارٍ ومسافةٍ.

    Dan ini bukti naqli terhadap wajibnya perbedaan Alloh ta`ala terhadap makhluknya. Alloh berfirman : (Tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya ) dan ini adalah bukti naqli yang terang yang datang dari Al-quran, karena ayat ini memberi pemahaman kesucian Alloh (dari menyerupai makhluk) secara umum karena Alloh ta`ala menyebutkan dalam ayat ini dengan lafadz syaeun (sesuatu) berurutan dengan lafadz nafi (peniadaan). Nakiroh apabila datang berurutan dengan nafi maka berarti untuk keumuman.Maka Alloh ta`ala meniadakan dalam jumlah ini terhadap Dzatnya dari penyerupaan badan dan jisim dan jiwa. Maka Alloh juga tidak menyerupai sesuatu yang mempunyai ruh berupa manusia, jin, malaikat dan selain mereka, tidak juga menyerupai benda-benda mati yang di atas ataupun yang di bawah. Maka Alloh tabaroka ta`ala tidak terikat terhadap peniadaan penyerupaan-Nya dari berjenis-jenis makhluk, bahkan meliputi ketidakserupaannya bagi individu setiap makhluk. Meliputi ketidak serupaan Alloh bagi makhluknya maka memurnikan (tidak membutuhkan) Alloh ta`ala terhadap tempat, arah, kadar dan keadaan. Kadar ( banyaknya ) yaitu kadar bagi jisim, sedangkan Alloh ta`ala bukanlah seperti jisim yang membutuhkan kadar, ukuran dan batas. Maka Dia adalah bukan dibatasi (terbatas) oleh kadar dan jarak.

    فلو كان الله فوق العرشِ بذاتِهِ كما يقولُ المشبِّهةُ لكان محاذيًا للعرشِ، ومِنْ ضرورةِ المُحاذِي أنْ يكون أكبر مِن المحاذى أو أصغر أو مثله، وأنّ هذا ومثله إنما يكونُ في الأجسامِ التي تقبلُ المِقدار والمساحة والحدّ، وهذا مُحالٌ على الله تعالى، وما أدّى إلى المُحالِ فهو محالٌ، وبطل قولُهُم إن الله متحيّزٌ فوق العرشِ بذاتهِ. ومنْ قال في الله تعالى إِنّ لهُ حدًّا فقدْ شبّههُ بخلْقِهِ لأنّ ذلِك يُنافي الألُوهِيّة، والله تبارك وتعالى لو كان ذا حدّ ومِقْدارٍ لاحتاج إِلى منْ جعلهُ بذلِك الحدّ والمِقْدارِ كما تحتاجُ الأجْرامُ إِلى منْ جعلها بحدُوْدِها ومقادِيْرِها لأنّ الشّىء لا يخْلُقُ نفْسه بمِقْدارِه، فالله تبارك وتعالى لو كان ذا حدّ ومِقْدارٍ كالأجْرامِ لاحْتاج إلى منْ جعلهُ بذلك الحدّ لأنّه لا يصِحُّ في العقْلِ أنْ يكُون هُو جعل نفْسه بذلِك الحدّ، والمُحْتاجُ إِلى غيْرِهِ لا يكُونُ إِلهًا، لأنّ مِنْ شرْطِ الإلهِ الاسْتِغْناء عنْ كُلّ شىءٍ.

    Jika Dzat Alloh ada di langit seperti pendapat golongan Musabihah maka pastilah Alloh berhadapan dengan Arsy, dan dari pentingnya berhadapan apakah adanya lebih besar dari yang dihadapi ataukah lebih kecil atau semisalnya. Ini dan semisalnya maka sungguh ia merupakan jisim yang menerima kadar, ukuran dan batas, dan ini mustakhil atas Alloh ta`ala. Sesuatu yang menyampaikan/membawa ke mukhalan maka ia adalah mukhal. Maka batallah ucapan mereka ( Golongan Mujasimah ) bahwa Alloh bertempat di atas Arasy dengan Dzatnya. Barangsaipa berkata tentang Alloh bahwa Alloh mempunyai batas maka sungguh ia telah menyerupakan Alloh dengan makhluk-Nya karena itu menolak/pengingkaran mengenai ketuhanan. Jikalau Adanya Alloh ta`ala mempunyai batas dan kadar maka ia membutuhkan kepada yang menciptakan batas dan kadar itu, seperti membutuhkannya jisim terhadap yang menciptakan batas dan kadarnya karena segala sesuatu tidak dapat menciptakan dirinya dengan kadarnya. Maka Alloh ta`ala , jika ada-Nya mempunyai batas dan kadar seperti jisim maka pasti membutuhkan kepada yang menciptakan batas itu karenanya pendapat itu tidak sah menurut akal karena adanya dia sendiri menciptakan batasnya itu. Dan yang membutuhkan kepada yang lainnya bukanlah disebut sebagai tuhan, karena dari syarat tuhan yaitu tidak membutuhkan kepada segala sesuatu.
    ________________________________________

    2ـ قال الله تعالى :{وللهِ المثَلُ الأعلى} [سورة النحل/60] أي الوصف الذي لا يشبه وصف غيره، فلا يوصف ربنا عزَّ وجلَّ بصفات المخلوقين من التغيّر والتطور والحلول في الأماكن والسُّكْنى فوق العرش، تعالى اللهُ عن ذلك علوًّا كبيرًا. قال المفسِّر اللغوي أبو حيان الأندلسي في تفسيره: “{وللهِ المثَلُ الأعلى} أي الصفة العليا من تنـزيهه تعالى عن الولد والصاحبة وجميع ما تنسب الكفرةُ إليه مما لا يليق به تعالى كالتشبيه والانتقال وظهوره تعالى في صورة” اهـ.

    2- Alloh ta`ala berfirman : ( Dan Alloh mempunyai sifat yang maha tinggi ) (Surat An-Nahl : 60), yaitu sifat yang tidak menyerupai dan mensifati selain-Nya, dan Tuhan kami tidak mensifati dengan sifat makhluk berupa perubahan dan perkembangan serta menempati tempat dan tempatnya di atas arasy, Alloh maha tinggi dari itu dengan sebenarnya dan maha agung. Berkata Mufassir yang ahli bahasa Abu hayyan Al-Andalusi dalam tafsirnya :( Dan Alloh mempunyai sifat yang maha tinggi ) yaitu sifat yang maha tinggi dari ketiadaan Alloh ta`ala dari anak, sahabat, dan semua sesuatu yang manasabkan kekufuran kepada-Nya dari apa yang tidak layak bagi-Nya seperti penyerupaan, berpindah, dan tampaknya Alloh dalam bentuk.
    ________________________________¬¬

    3ـ ومما يدل على ما قدمنا قول الله تعالى :{فلا تضربوا للهِ الأمثال} [سورة النحل/74]، أي لا تجعلوا لله الشبيهَ والمِثْل فإن اللهَ تعالى لا شبيه له ولا مثيل له، فلا ذاتُه يشبه الذواتِ ولا صفاتُه تشبه الصفاتِ.

    3- Dalil atas apa yang telah kami ajukan yaitu Firman Alloh ta`ala : ( Maka janganlah kamu menjadikan perumpamaan kepada Alloh ), ( An-Nahl: 74 ), yaitu janganlah kamu jadikan Alloh persamaan dan penyerupaan maka sesungguhnya Alloh tidak ada persamaan dan penyerupaan kepada-Nya,baik Dzatnya maupun sifatnya.

    ________________________________________

    4ـ وقال الله تعالى :{هل تعلمُ لهُ سميًّا} [سورة مريم/65] أي مِثلاً، فالله تعالى لا مِثْلَ له ولا شبيه ولا نظير، فمن وصفه بصفة من صفات البشر كالقعود والقيام والجلوس والاستقرار يكون شَبَّهَهُ بهم، ومن قال بأن الله يسكن العرش أو أنه ملأه يكون شبّه اللهَ بالملائكة سُكّان السّموات. وهذا الاعتقاد كفر والعياذ بالله تعالى لتكذيبه قول الله: {ليس كمثله شىء} [سورة الشورى/11]، وقول الله تعالى :{هل تعلمُ له سميًّا} [سورة مريم/65].

    4- Dan firman Alloh ta`ala : (Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia ? ) (Maryam: 65) yaitu serupa, maka Alloh ta`ala tidak ada perumpamaan baginya,tidak pula persamaan, dan tidak pula setara dengan-Nya. Barangsiapa mensifati-Nya dengan sifat dari sifat-sifat manusia seperti duduk setelah berdiri, berdiri, duduk dan menetap maka itu disebut menyerupakan Alloh kepadanya (makhluk). Barangsiapa mengatakan bahwa Alloh bertempat di Arasy atau memenuhinya maka perkataan itu menyamakan Alloh dengan malaikat yang tempat tinggalnya di langit. `Itikad seperti ini adalah kafir dan kami berlindung kepada Alloh dari membohongkan firman Alloh : ( Tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya) ( As-Syuro :11) dan firman Alloh ta`ala : Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia ? )( Maryam: 65) .
    ________________________________________

    5ـ وكذلك مما يدل على تنـزيهه تعالى عن المكان قول الله تعالى :{هُوَ الأَوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ} [سورة الحديد/3] قال الطبري في تفسيره: “فلا شىء أقرب إلى شىء منه، كما قال :{وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ} [سورة ق/16]” اهـ. أي أن الطبري نفى القُرْبَ الحِسِّي الذي تقول به المجسمةُ، أما القرب المعنوي فلا يَنفيه، وهذا دليل على تنزيه الله عن المكان والجهة.
    فالله تعالى هو الأول أي الأزلي الذي لا ابتداء لوجوده، كان ولم يكن مكانٌ ولا زمان ثم خلق الأماكنَ والأزمنة ولا يزال موجودًا بلا مكان، ولا يطرأ عليه تغيّر لا في ذاته ولا في صفاته.

    5- Demikian juga dalil yang menunjukkan tidak membutuhkannnya Alloh ta`ala pada tempat. Firman Alloh : ( Dialah yang awal dan yang akhir, yang dzhohir dan yang batin ) Berkata At-thobari dalam tafsirnya : tidak ada sesuatupun yang lebih dekat dari pada-Nya, seperti firman-Nya : ( Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya )( Surat Q : 16) yakni bahwa At-thobari menyangkal/menolak dekat secara khissi ( yang bisa dicapai dengan panca indra ) seperti yang dikatakan oleh golongan Mujassimah, adapun dekat secara maknawi maka beliau tidak menyangkalnya. Maka ini adalah dalil atas murninya (tiidak membutuhkan) Alloh akan tempat dan arah. Alloh ta`ala, Dia yang awal yaitu yang azali yang tidak ada permulaan atas wujud-Nya. Dia ada tapi tidak berada ditempat dan tidak berada di zaman kemudian menciptakan tempat dan zaman/waktu dan tidak binasa wujudnya dengan tanpa tempat, dan tidak terjadi atas-Nya perubahan baik sifat-Nya maupun Dzat-Nya

    ________________________________________

    6ـ وقال الله تعالى :{وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ} [سورة الإخلاص/4] أي لا نظير له بوجه من الوجوه، وهذه الآية قد فسَّرتها ءاية الشورى :{ليس كمثله شىء}.

    6- Alloh berfirman : (Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia) ( Al-Ikhlas : 4) yaitu tidak ada yang setara dari semua bagian-Nya. Ayat ini saya tafsirkan ke ayat As-Syura : ( Tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya ).

    ________________________________________

    7ـ وقال الله تعالى :{فَأَيْنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجْهُ اللهِ} [سورة البقرة/115] قال المفسّر اللغوي الشيخ أبو حيان الأندلسي ما نصه: “وفي قوله تعالى: {فَأَيْنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجْهُ اللهِ} [سورة البقرة/115] ردٌّ على من يقول إنه في حيِّز وجهة، لأنه لمّا خيَّر في استقبال جميع الجهات دلَّ على أنه ليس في جهة ولا حيِّز، ولو كان في حيِّزٍ لكان استقباله والتوجه إليه أحق من جميع الأماكن، فحيث لم يُخصِّص مكانًا علِمْنا أنه لا في جهة ولا حيِّز، بل جميع الجهات في ملكه وتحت ملكه، فأيّ جهة توجهنا إليه فيها على وجه الخضوع كنا معظمين له ممتثلين لأمره” اهـ.

    7- Alloh ta`ala berfirman : (Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah ) ( Al-Baqoroh : 115). Berkata Mufassir ahli bahasa, syeh Abu khayyan Al-Andalusi apa yang telah dinaskan dalam firman Alloh : (Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah ) ( Al-Baqoroh : 115) adalah sebagai jawaban terhadap orang yang mengatakan bahwa Alloh mempunyai tempat dan arah, karena ketika memilih menghadap kesemua arah menunjukkan bahwa Dia tidak dalam arah ataupun tempat. Jikalau ada di tempat maka pasti menghadapnya dan mengarahnya kepadanya lebih berhak dari pada ke semua tempat, maka dimana tidak mengkhususkan kepada tempat maka memberi pengertian pada kami bahwa Dia ( Alloh ) tidak berarah dan bertempat. Bahkan semua arah dalam kekuasaan-Nya dan di bawah kekuasaan-Nya, maka mana-mana arah yang kami menghadapnya di dalamnya ada wajah ketundukan, semoga kami menjadi orang-orang yang memulyakan-Nya dan menjelaskan perkara-Nya

    –> yang terpenting ..sumber referensinya mas.

  2. Lanjutan 1

    أقوال العلماء المعتبرين من الحفاظ، والمحدّثين والقراء والمفسرين والمجتهدين من المذاهب الأربعة في تنزيه الله عن المكان والجهة

    ( Ucapan para ulama yang mu`tabar dari golongan khuffadz,ahli hadits,ahli tafsir, ahli ijtihad dari 4 madzhab dalam menerangkan Alloh tidak bertempat dan ber-arah )

    ٍSaudaraku pembaca yang budiman, ketahuilah bahwa aqidah yang selamat yaitu meng`itikadkan/meyakini bahwa Alloh ada dengan tanpa tempat, tidak tinggal di langit juga tidak pula duduk di Arasy seperti ucapan golongan Yahudi atau Nasrani dan golongan Musabbihah yang mengatasnamakan Islam. Maka `itiqad ahlul haq bahwa Alloh bersih dari perubahan dan hal baru. Maka adanya Alloh adalah ada sebelum menciptakan makhluk, wujudnya sebelum tempat, sebelum langit dan sebelum arah, sebelum Arasy, sebelum air dan sebelum segala sesuatu.

    وهذا مصداق قول رسول الله: “كان الله ولم يكن شىء غيره”. فالله لا يتغير، موجود قبل الخلق بلا مكان وهو الآن على ما عليه كان. قال سيدنا علي كرم الله وجهه: “كان الله ولا مكان وهو الآن على ما عليه كان”. أما أهل الحق، فقد أجمعوا على تنزيه الله عن المكان والجهات والحد والتغير والحدوث والجلوس والقعود وغيرها من العقائد التي تبثها المشبهة بين المسلمين.

    Dan bukti ucapan Rosulalloh :( Adalah Alloh dan tidak ada/terjadi sesuatu tanpa-Nya ) . Maka Alloh tidak berubah, ada sebelum makhluk tanpa tempat dan Dia sekarang seperti semula. Berkata Sayidina Ali karromalloh wajhah : Adanya Alloh tanpa tempat dan Dia sekarang seperti adanya semula. Adapun ahli haq mereka telah sepakat atas bersihnya (tidak membutuhkan) Alloh akan tempat ,arah, batas, perubahan,hal baru, duduk, duduk setelah berdiri dan selainnya dari keyakinan-keyakinan dari Musabihah diantara golongan muslimin.
    يلي ذكر النقول من المذاهب الأربعة وغيرها على أن أهل السنة يقولون:

    الله موجود بلامكان ولاجهة.

    Dibawah ini ucapan-ucapan dari golongan 4 Imam madzhab dan selainnya, bahwa golongan ahli sunah mengatakan bahwa Alloh itu ada dengan tidak membutuhkan tempat ataupun arah.

    ا- قال مصباح التوحيد ومصباح التفريد الصحابي الجليل والخليفة الراشد سيدنا علي رضي الله عنه (40 هـ) ما نصه (1): (كان- الله- ولا مكان، وهو الان على ما- عليه- كان اهـ. أي بلا مكان.

    1- Berkata penerang taukhid dan penerang sahabat yang mulia dan kholifah yang diberi petunjuk Sayidina Ali ra. (40H) telah menashkan : (Adanya Alloh tanpa tempat dan Dia sekarang seperti semula ) yaiu tanpa tempat.
    2- وقال أيضا (2): “إن الله تعالى خلق العرش إظهارًا لقدرته لا مكانا

    لذاته” أ هـ.

    2- Dan berkata lagi : Sesungguhnya Alloh menciptakan Arasy untuk menampakkan kekuasaaan-Nya bukan untuk tempat Dzat-Nya.
    وقال أيضا (3): (من زعم أن إلهنا محدود فقد جهل الخالق المعبود” اهـ. (المحدود: ما له حجم صغيرا كان أو كبيرا)

    3- Dan beliau berkata lagi : barangsaiapa berkata bahwa Tuhan kami terbatas maka sungguh ia jahil/bodoh terhadap kholik yang disembah. ( Almahdud bermakna sesuatu yang mempunya kadar besar ataupun kecil ).
    4- وقال التابعي الجليل الإمام زين العابدين علي بن الحسين بن علي رضي الله عنهم (94 هـ) ما نصه (4): (أنت الله الذي لا يحويك مكان” أ هـ.

    4- Dan berkata golongan tabiin yang mulia, Imam Zaenal Abidin Ali bin Al-husaen bin Ali ra. ( 94 H) menashkan : Engkaulah Alloh yang tidak menempati tempat ).

    5- وقال أيضا (5): (أنت الله الذي لا تحد فتكون محدودا) اهـ.

    5- Dan berkata lagi : ( Engkaulah Alloh yang tidak dibatasi maka Engkaulah yang menjadikan batas ).

    6- وقال الإمام جعفر الصادق (6) بن محمد الباقر بن زين العابدين علي بن الحسين رضوان الله عليهم (148 هـ) ما نصه (7): “من زعم أن الله في شىء، أو من شىء، أو على شىء فقد أشرك. إذ لو كان على شىء لكان محمولا، ولو كان في شىء لكان محصورا، ولو كان من شىء لكان مُحدثا- أي مخلوقا” أ هـ.

    6- Dan berkata Imam Ja`far As-shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Zaenal abidin Ali bin Al-Khusaen ra. ( 148H ) menashkan : barangsiapa berkata Bahwa Alloh di sesuatu atau dari sesuatu atau atas sesuatu maka sungguh ia telah syirik. Apabila adanya Dia di atas sesuatu maka pasti adanya yang diangkut, jikalau adanya pada sesuatu maka pastilah dibatasi, jikalau dari sesuatu maka pastilah sesuatu yang baru – yaitu makhluk.
    7- قال الإمام المجتهد أبو حنيفة النعمان بن ثابت رضي الله عنه (150 هـ) أحد مشاهير علماء السلف إمام المذهب الحنفي ما نصه (8): “والله تعالى يرى في الآخرة، ويراه المؤمنون وهم في الجنة بأعين رؤوسهم بلا تشبيه ولا كميّة، ولا يكون بينه وبين خلقه مسافة” اهـ.

    7- Berkata Al-Imam Al-Mujtahid Abu Hanifah bin Tsabit ra (150H), salah seoarang ulama salaf yang mashur imam madzhab Hanafi, menashkan : Dan Alloh dapat dilihat di alam akherat, dan orang-orang mukmin melihat-Nya sedangkan mereka di surga, melihat dengan mata kepala mereka dengan tidak ada keserupaan,tanpa kadar, dan tidak ada jarak antara Dia dan makhluk-Nya.

    8- وقال أيضا في كتابه الوصية (9): “ولقاء الله تعالى لأهل الجنة بلا كيف ولا تشبيه ولا جهة حق” اهـ.

    8- Dan berkata pula dalam kitabnya Al-Wasiyah : Dan bertemu Alloh penduduk surga dengan tanpa cara,tanpa penyerupaan,tanpa arah adalah haq.

    9- وقال أيضًا (10): ” قلت: أرأيت لو قيل أين الله تعالى؟ فقال- أي أبو حنيفة-: يقال له كان الله تعالى ولا مكان قبل أن يخلق الخلق، وكان الله تعالى ولم يكن أين ولا خلق ولا شىء، وهو خالق كل شىء” اهـ.

    9- Dan beliau berkata lagi, Saya bertanya :Bagaimana pendapat Anda jika ditanya dimana Alloh? Maka menjawab Abu Hanifah : katakan kepadanya bahwa Alloh ta`ala tidak bertempat sebelum menciptakan makhluk, dan adanya Alloh tidak dimana,dan juga bukan makhluk,juga bukan sesuatu, bahkan Dia adalah pencipta dari semua sesuatu.
    10- وقال أيضا (11): “ونقر بأن الله سبحانه وتعالى على العرش استوى من غير أن يكون له حاجة إليه واستقرار عليه، وهو حافظ العرش وغير العرش من غير احتياج، فلو كان محتاجا لما قدر على إيجاد العالم وتدبيره كالمخلوقين، ولو كان محتاجا إلى الجلوس والقرار فقبل خلق العرش أين كان الله، تعالى الله عن ذلك علوا كبيرا” اهـ.

    10 – Dan beliau berkata lagi : dan kamai berikrar bahwa Alloh sukhanahu wa ta`ala atas arasy beristiwa dengan tanpa berhajat kepadanya dan berdiam atasnya(arasy), Dialah yang menjaga arasy dan selain arasy dengan tanpa membutuhkannya. Maka jika Alloh membutuhkan kepada apa yang telah Alloh takdirkan atas adanya alam dan pengaturannya maka seperti makhluk, dan jikalau membutuhkan duduk dan tempat, maka sebelum menciptakan Arasy dimana adanya Alloh? Luhurnya Alloh lebih dari itu dengan sebenar-benarnya luhur dan agung.
    11 – وهذا رد صريح على المشبهة المجسمة أدعياء السلفية الذين يسمون أنفسهم الوهابية ويزعمون أن السلف لم يصرحوا بنفي الجهة عن الله تعالى. فإن أبا حنيفة رأس من رءوس السلف الذين تلقوا العلم عن التابعين، والتابعون تلقوا العلم عن الصحابة رضي الله عنهم، فاحفظ هذا أخي المسلم فإنه مهم في رد افتراءات الوهابية على علماء السلف.

    11 – Inilah jawaban yang jelas atas golongan musabbihah bin mujassimah yang mengaku salafiyah yang menamai diri mereka sendiri golongan wahabi dan yang berpendapat bahwa golongan salaf tidak menjelaskan terhadap penolakan arah bagi Alloh, Padahal Abu Hanifah pemimpin dari pemimpinnya ulama salaf yang memperoleh ilmu dari tabiin, sedangkan tabiin memperoleh ilmu dari sahabat ra.

    Silakan Baca referensinya di bawah ini :

    (1) و (2) الفرق بين الفرق لأبي منصور البغدادي (ص/333).

    (3) حلية الأولياء: ترجمة علي بن أي طالب (73/1).

    (4) و (5) إتحاف السادة المتقين (4/ 380).

    (6) كان من سادات أهل البيت فقها وعلما وفضلاً (أنظر الثقات لابن حبان 6/ 131).

    (7) ذكره القشيري في رسالته المعروفة بالرسالة القشيرية (ص/ 6).

    (8) ذكره في الفقه الأكبر، أنظر شرح الفقه الأكبر لملا علي القاري (ص/ 136- 137).

    (9) الوصية: (ص/ 4)، ونقله ملا علي القاري في شرح الفقه الأكبر (ص/138).

    (10) الفقه الأبسط ضمن مجموعة رسائل أبي حنيفة بتحقيق الكوثري (ص/ 25). ونقل ذلك أيضا المحدث الفقيه الشيخ عبد الله الهرري المعروف بالحبشي في كتابه الدليل القويم (ص/ 54).

    (11) كتاب الوصية، ضمن مجموعة رسائل أبي حنيفة بتحقيق الكوثري (ص/ 2)، وذكره الشيخ الهرري

    Insya Alloh berlanjut dan mohon maaf ke admin karena panjang dan penting, makasih.

  3. Lajutan 2

    Kita palingkan pandangan ke para pengikut Abu Hanifah yang berjalan atas madzhabnya sama saja di Libanon,Suria, Turki, Indonesia, India, dan lain-lain negara, berjalan atas `itiqad bersihnya Alloh (tidak membutuhkan) tempat di arah atas Arasy dan mereka berpendapat bahwa Alloh ada tanpa cara ,arah dan tempat. Kecuali orang-orang yang mengikuti ahli tajsim (pengikut yang menyamakan Alloh dengan mahluk) takjub dengan golongan wahabi dan terperdaya kehidupan dunia atau takjub pada Ibnu Taimiyah yang mengangkat panji mujassimah pada abad 7 H seperti Ibnu Abu Al-Izzi Al-Hanafi yang takjub ke Ibnu Taimiyah. Maka menjelaskan aqidah tokhawiyah berbeda atas majhad ahli haq secara keseluruhan dan ahli madzhab secara khusus, penjelasan dan isinya meliputi kesesatan-kesesatan Ibnu Taimiyah, Ia seperti bayangan baginya.* Apa yang tersebut dalam sarah ini dari aqidah Ibnu Taimiyah bahwa ahli sunah berdiri atas perkataanya yaitu mereka mengatakan/berpendapat tentang kefanaan neraka disisinya dan disisi Ibnu Taimiyah dan Wahabiyah bahwa siksa orang kafir dan musrikin dan pemuja-pemuja berhala yang telah memerangi Alloh dan nabi-Nya ,didalam neraka akan berakhir dan terhenti, mereka berbohong terhadap firman Alloh ta`ala : ( Dan tidak diringankan adzab mereka ) (Al-fatir:36).Silakan baca di :

    *ذكر ذلك عند الكلام على قول الطحاوي (والجنة والنار مخلوقتان لا تفنيان أبدا ولا تبيدان” : (ص/ 427 سطر 16 و. 2)، ط 9، عام 08 14 هـ.

    وأما تكفير الإمام أبي حنيفة لمن يقول: “لا أعرف ربي فى السماء أو في الأرض “، وكذا من قال: “إنه على العرش، ولا أدري العرش أفي السماء أو في الأرض ” فلأن قائل هاتين العبارتين جعل الله تعالى مختصا بجهة وحيز ومكان، وكل ما هو مختص بالجهة والحيز فإنه محتاج محدَث بالضرورة. وليس مراده كما زعم المشبهة إثبات أن السماء والعرش مكان لله تعالى، بدليل كلامه السابق الصريح في نفي الجهة والمكان عن الله

    Adapun Imam Abu Hanifah mengkufurkan orang yang mengucapkan : ( Saya tidak tahu apakah Tuhanku ada dilangit ataukah di bumi ) demikian juga orang yang mengatakan bahwa Alloh ada di arasy, dan saya tidak tahu arasy di lagit atau di bumi ) karena orang yang berbicara seperti itu mengambil dua ibarat yang menentukan Alloh ber-arah dan bertempat, semua itu menentukan arah dan tempat yang dibutuhkan oleh maklhuk, bukan yang dimaksud seperti perkataan golongan musabbihah dengan menetapkan langit dan arasy sebagai tempat Alloh ta`ala dengan dalil ucapan yang terdahulu yang nyata di dalam penolakan arah dan tempat bagi Alloh.

    وقال الشيخ الإمام العز بن عبد السلام الشافعي في كتابه “حل الرموز” في بيان مراد أبي حنيفة ما نصه (1): “لأن هذا القول يوهم أن للحق مكانا، ومن توهم أن للحق مكانا فهو مشبه ” اهـ، وأيد ملا علي القاري كلام ابن عبد السلام بقوله (2): “ولا شك أن ابن عبد السلام من أجل العلماء وأوثقهم، فيجب الاعتماد على نقله ” اهـ.

    Berkata Syeh Imam Al-Izzu bin Abdus salam As-Safi`i dalam kitabnya khallur rumus dalam menerangkan yang dimaksud Abu Hanifah, menjelaskan :* ( Karena ucapan ini memberi pemahaman bahwa Al-Haq/Alloh mempunyai tempat, dan barangsiapa mempunyai pemahaman bahwa Alloh mempunyai tempat maka ia adalah musabbih (orang yang menyamakan Alloh dengan makhluk). Menguatkan Mulla Ali Al-Qori kepada ucapan Ibu Abdus salam : *( Tidak diragukan lagi bahwa Ibnu Abdus salam seorang ulama dan paling terpercaya (tsiqoh) maka wajib bersandar kepada penukilannya. Silakan baca di :

    نقله ملا علي القاري في شرح الفقه الأكبر بعد أن انتهى من شرح رسالة الفقه الأكبر (ص/ 198

    وقال الإمام المجتهد محمد بن إدريس الشافعي رضي الله عنه إمام المذهب الشافعي (204 ص) ما نصه (3): “إنه تعالى كان ولا مكان فخلق المكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه المكان لا يجوز عليه التغيير في ذاته ولا التبديل في صفاته ” اهـ.

    Berkata Imam Almujtahid Muhamad bin Idris As-safii ra ,imam madzhab safii ( 204) menjelaskan : *Sesungguhnya Alloh ta`ala ada tanpa tempat kemudian menciptakan tempat dan Dia atas sifat ajali seperti adanya sebelum menciptakan tempat tidak berubah dalam dzatnya dan tidak berganti dalam sifatnya. Silakan baca di :
    إتحاف السادة المتقن (2/ 24).
    وأما الإمام المجتهد الجليل أبو عبد الله أحمد بن محمد بن حنبل الشيباني (241 هـ) رضي الله عنه إمام المذهب الحنبلي وأحد الأئمة الأربعة، فقد ذكر الشيخ ابن حجر الهيتمي أنه كان من المنزهين لله تعالى عن الجهة والجسمية، ثم قال ابن حجر ما نصه (1): “وما اشتهر بين جهَلة المنسوبين إلى هذا الإمام الأعظم المجتهد من أنه قائل بشىء سن الجهة أو نحوها فكذب وبهتان وافتراء عليه ” اهـ.

    Adapun Al-imam mujtahid al-jalil Abu Abdulloh Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Asy-Syibani ( 241H) ra ,imam madzhab Hambali dan salah seorang imam empat , Syeh Ibnu Hajar Al-Haetami menyebutkan bahwa ia ( Imam Hanbali) adalah seorang yang mensucikan Alloh dari ber-arah dan berjisim, kemudian Ibnu Hajar menjelaskan :* Apa yang tersiar diantara orang yang jahil/bodoh yang dinisbatkan kepada imam besar mujtahid bahwa beliau mengatakan sesuatu dengan menetapkan arah bagi Alloh ataupun yang lainnya adalah dusta dan bohong dan fitnah kepadanya.Silakan Baca di :
    الفتاوى الحدينية (ص/ 144

    وسئل ذو النون عن معنى، فقال (3): أثبت ذاته ونفى مكانه، فهو موجود بذاته والأشياء موجودة بحكمة كما شاء سبحانه ! اهـ.

    Dan ditanya Dzun Nun dari mkna itu, beliau menjawab :* Dzat-Nya Alloh tetap dan tidak bertempat, Dia ada dengan Dzatnya dan segalanya ada dengan hikmah yang Alloh kehendaki. Silakan baca di :
    الرسالة القشيرية (ص/6

    – وكذا كان على هذا المعتقد الإمام شيخ المحدثين أبو عبد الله محمد ابن إسماعيل البخاري صاحب الصحيح (256 هـ) فقد فهم شراح صحيحه أن البخاري كان ينزه الله عن المكان والجهة.

    قال الشيخ علي بن خلف المالكي المشهور بابن بطال أحد شراح البخاري (449هـ) ما نصه (4): “غرض البخاري في هذا الباب الرد على الجهمية المجسمة في تعلقها بهذه الظواهر، وقد تقرر أن الله ليس بجسم فلا يحتاج إلى مكان يستقر فيه، فقد كان ولا مكان، وانما أضاف المعارج إليه إضافة تشريف، ومعنى الارتفاع إليه اعتلاؤه- أي تعاليه- مع تنزيهه عن المكان ” اهـ.

    Demikian juga dengan `itiqad Al-imam syaeh Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhori, Pemilik kitab shoheh ( 256H) : sungguh memberi pengertian sarah shohehnya bahwa Al-Bukhori adalah menyucikan Alloh dari tempat dan arah ( Alloh tidak bertempat dan ber-arah). Berkata Syeh Ali Holf Al-Maliki yang terkenal dengan nama Ibnu Battal salah seorang penyarah Al-Bukhori ( 449H) menjelaskan :* Maksud Imam Bukhori dalam bab ini adalah jawaban atas golongan Jahmiyyah bin mujassimah yang terperangkap dalam dzohirnya, maka beliau menetapkan bahwa Alloh bukanlah jisim yang tidak membutuhkan tempat untuk tinggal, Dia ada tanpa tempat, Sesungguhnya menyandarkan makna naik kepadanya (Alloh) yaitu disandarkan kepada kemulyaan, dan makna naik kepada-Nya yaitu naik dengan mensucikan Alloh dari tempat. Silakan baca di :

    فتح الباري (13/416

    Bersambung…..

  4. Beginilah Cara Kaum SA-WAH, tukang COPAS belum tentu paham yg dicopasnya. Seperti keledai pemikul kitab dalam cerita Al Qur’an.

    Mas Admin, antum oke banget….

      • Maaf tulisan saya di atas untuk Saudara Hardiono

        Sedangkan untuk Saudara Arumi yang katanya :

        Beginilah Cara Kaum SA-WAH, tukang COPAS belum tentu paham yg dicopasnya. Seperti keledai pemikul kitab dalam cerita Al Qur’an.

        Tanggapan saya :

        Anda mengatakan saya tukang copas, sekarang saya copas dari kitab tafsir Jalalaen :
        Kalau yang dimaksud Anda : ( Seperti keledai pemikul kitab dalam cerita Al Qur’an )

        Yang Anda maksud Adalah dalam Surat Al-Jumuah ayat 5 : ( Ini adalah firman Alloh dalam bentuk tamtsil yang perlu dita`wil bukan seperti kata2 Anda bahwa DALAM CERITA AL-QUR`AN, ini bukan cerita tapi firman Alloh, Anda telah melakukan kesalahan tentang ini )

        Firman Alloh dalam Tafsir Jalalen :

        كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا
        أَيْ كُتُبًا فِي عَدَم انْتِفَاعه بِهَا

        Seperti keledai yang membawa kitab2 yang tebal . yaitu membawa kitab2 yang ia tidak mengambil manfaat dengannya.
        Ini secara Dzohir kalau dibaca ayatnya secara lengkap adalah untuk ditujukan ke golongan Yahudi.
        Dalam Tafsir Thobari :
        { كَمَثَلِ الْحِمَار يَحْمِل أَسْفَارًا } يَقُول : كَمَثَلِ الْحِمَار يَحْمِل عَلَى ظَهْره كُتُبًا مِنْ كُتُب الْعِلْم , لَا يَنْتَفِع بِهَا , وَلَا يَعْقِل مَا فِيهَا , فَكَذَلِكَ الَّذِينَ أُوتُوا التَّوْرَاة الَّتِي فِيهَا بَيَان أَمْر مُحَمَّد صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلهمْ إِذَا لَمْ يَنْتَفِعُوا بِمَا فِيهَا , كَمَثَلِ الْحِمَار الَّذِي يَحْمِل أَسْفَارًا فِيهَا عِلْم , فَهُوَ لَا يَعْقِلهَا وَلَا يَنْتَفِع بِهَا

        ( Seperti keledai yang membawa Kitab-kitab tebal ) ta`wilnya : seperti keledai yang membawa kitab2 ilmu di atas punggungnya, yang ia tidak mengambil manfaatnya dan memahami isinya, demikian itulah orang2 yang diberi kitab Taurot yang didalamnya ada penjelasan tetang Muhammad SAW ….dst

        Apakah Anda mengatakan atau menyamakan atau menganggap saya seperti golongan Yahudi dan Nasrani? sebab ayat itu secara dzohir ditujukan kepada gol itu. Audzubillah min hadza kalamak.
        Kalau Anda lebih mengerti tentang Aqidah mari kita belajar atau membahasnya di sini dari pada menuduh yang tidak2, bisa jadi yang dituduh lebih baik dari yang menuduh.

        Kemudian kata saudara : Beginilah Cara Kaum SA-WAH
        Kaum sawah, saya tidak mengerti makna kaum sawah, apakah maknanya kaum rendahan atau kaum tani….atau bimakna ghoer ?

  5. @ saudara Imam.

    Ada kesalahpahaman rupanya. Komentar anda memang menyambung dengan artikel yang ditulis dalam blognya saudara Firanda, tapi kan tidak menyambung dengan point dari tulisan/artikel saudara Orgawam mengenai ada atau tidaknya tuduhan sebagai Gerakan Anti Maulid kepada seseorang.

    • Oleh karenanya saya menulis :

      Setelah saya menyimak dari blog :…………dst……..seperti yang termaktub di blog ini juga maka saya mengirimkan tulisan di bawah ini ……dst…

      itu muqodimah saya untuk menghindari ucapan-ucapan seperti komentar saudara itu. Maka bisa dikatakan seperti nyambung dan atau tidak nyambung.
      Jadi ucapan Anda benar dan itu mafhum dan bila syak.

      Kemudian mengenai tuduhan Saudara Yuda dan Tommi terhadap orgawam seperti kata Saudara Yuda :

      Dulu saya pernah di “cap” sebagai “GAM”( Gerakan Anti Maulid) oleh sebagian dari mereka..

      ini situsnya:

      Majelis Rasulullah tentang Tahlilan dan Yasinan

      Sudah dijawab oleh yang bersangkutan dengan jawaban :

      Saya tegaskan .. seingat saya, tak ada di artikel kami yang menjuluki GAM. Justru di artikel blog ini, ditampilkan dalil-dalil yang menjadi dasar amalan kami. Kami siap berdiskusi secara sehat.

      Jadi tegasnya artikel di atas adalah antara penuduh dan yang dituduh, maka sudah selayaknya yang dituduh membela dengan bukti.sedangkan saya tidak bisa terlibat banyak masalah ini. terimakasih.

Leave a comment