Biografi Gus Dur

Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dipastikan meninggal dunia Rabu 30 Desember 2009 pukul 18.45 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Gus Dur dirawat di Ruang VVIP Nomor 116 Gedung A RSCM setelah sebelumnya menjalani perawatan medis di RS Jombang Jawa Timur, pada Kamis (24/12/2009), karena kelelahan setelah melakukan ziarah dan kunjungan ke beberapa pondok pesantren di Jawa Timur.

Selamat jalan putera terbaik umat dan bangsa. Jasamu akan dikenang di negeri ini.  Semoga amal dan ibadahnya diterima Allah SWT serta diampuni segala kesalahan dan dosanya. Semoga diberi kemurahan dan ridlo-Nya. Semoga Allah menempatkannya di Jannah, Insya Allah…  amien.

Allahummaghfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu wawassi’ madkholahu wa a’idzhu min adzaabil qobri wa ‘adzaabinnaar wa adkhilhuljannata ma’al abror… amien

.

Biografi Gus Dur


Rabu Jul 22, 2009 2:00 pm

Latar Belakang Keluarga

Abdurrahman “Addakhil”, demikian nama lengkapnya. Secara leksikal, “Addakhil” berarti “Sang Penakluk”, sebuah nama yang diambil Wahid Hasyim, orang tuanya, dari seorang perintis Dinasti Umayyah yang telah menancapkan tonggak kejayaan Islam di Spanyol. Belakangan kata “Addakhil” tidak cukup dikenal dan diganti nama “Wahid”, Abdurrahman Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati “abang” atau “mas”.

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara yang dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan “darah biru”. Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim adalah putra K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU)-organisasi massa Islam terbesar di Indonesia-dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Kakek dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais ‘Aam PBNU setelah K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikian, Gus Dur merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus, dan dua tokoh bangsa Indonesia.

Pada tahun 1949, ketika clash dengan pemerintahan Belanda telah berakhir, ayahnya diangkat sebagai Menteri Agama pertama, sehingga keluarga Wahid Hasyim pindah ke Jakarta. Dengan demikian suasana baru telah dimasukinya. Tamu-tamu, yang terdiri dari para tokoh-dengan berbagai bidang profesi-yang sebelumnya telah dijumpai di rumah kakeknya, terus berlanjut ketika ayahnya menjadi Menteri agama. Hal ini memberikan pengalaman tersendiri bagi seorang anak bernama Abdurrahman Wahid. Secara tidak langsung, Gus Dur juga mulai berkenalan dengan dunia politik yang didengar dari kolega ayahnya yang sering mangkal di rumahnya.

Sejak masa kanak-kanak, ibunya telah ditandai berbagai isyarat bahwa Gus Dur akan mengalami garis hidup yang berbeda dan memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab terhadap NU. Pada bulan April 1953, Gus Dur pergi bersama ayahnya mengendarai mobil ke daerah Jawa Barat untuk meresmikan madrasah baru. Di suatu tempat di sepanjang pegunungan antara Cimahi dan Bandung, mobilnya mengalami kecelakaan. Gus Dur bisa diselamatkan, akan tetapi ayahnya meninggal. Kematian ayahnya membawa pengaruh tersendiri dalam kehidupannya.

Dalam kesehariannya, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu ia juga aktif berkunjung keperpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku-buku yang agak serius. Karya-karya yang dibaca oleh Gus Dur tidak hanya cerita-cerita, utamanya cerita silat dan fiksi, akan tetapi wacana tentang filsafat dan dokumen-dokumen manca negara tidak luput dari perhatianya.

Di samping membaca, tokoh satu ini senang pula bermain bola, catur dan musik. Dengan demikian, tidak heran jika Gus Dur pernah diminta untuk menjadi komentator sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya, yang ikut juga melengkapi hobinya adalah menonton bioskop. Kegemarannya ini menimbulkan apresiasi yang mendalam dalam dunia film. Inilah sebabnya mengapa Gu Dur pada tahun 1986-1987 diangkat sebagai ketua juri Festival Film Indonesia.

Masa remaja Gus Dur sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo. Di dua tempat inilah pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studinya di Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, pamannya telah melamarkan seorang gadis untuknya, yaitu Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Perkawinannya dilaksanakan ketika ia berada di Mesir.

Pengalaman Pendidikan

Pertama kali belajar, Gus Dur kecil belajar pada sang kakek, K.H. Hasyim Asy’ari. Saat serumah dengan kakeknya, ia diajari mengaji dan membaca al-Qur’an. Dalam usia lima tahun ia telah lancar membaca al-Qur’an. Pada saat sang ayah pindah ke Jakarta, di samping belajar formal di sekolah, Gus Dur masuk juga mengikuti les privat Bahasa Belanda. Guru lesnya bernama Willem Buhl, seorang Jerman yang telah masuk Islam, yang mengganti namanya dengan Iskandar. Untuk menambah pelajaran Bahasa Belanda tersebut, Buhl selalu menyajikan musik klasik yang biasa dinikmati oleh orang dewasa. Inilah pertama kali persentuhan Gu Dur dengan dunia Barat dan dari sini pula Gus Dur mulai tertarik dan mencintai musik klasik.

Menjelang kelulusannya di Sekolah Dasar, Gus Dur memenangkan lomba karya tulis (mengarang) se-wilayah kota Jakarta dan menerima hadiah dari pemerintah. Pengalaman ini menjelaskan bahwa Gus Dur telah mampu menuangkan gagasan/ide-idenya dalam sebuah tulisan. Karenanya wajar jika pada masa kemudian tulisan-tulisan Gus Dur menghiasai berbagai media massa.

Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Gus Dur dikirim orang tuanya untuk belajar di Yogyakarta. Pada tahun 1953 ia masuk SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) Gowongan, sambil mondok di pesantren Krapyak. Sekolah ini meskipun dikelola oleh Gereja Katolik Roma, akan tetapi sepenuhnya menggunakan kurikulum sekuler. Di sekolah ini pula pertama kali Gus Dur belajar Bahasa Inggris. Karena merasa terkekang hidup dalam dunia pesantren, akhirnya ia minta pindah ke kota dan tinggal di rumah Haji Junaidi, seorang pimpinan lokal Muhammadiyah dan orang yang berpengaruh di SMEP. Kegiatan rutinnya, setelah shalat subuh mengaji pada K.H. Ma’sum Krapyak, siang hari sekolah di SMEP, dan pada malam hari ia ikut berdiskusi bersama dengan Haji Junaidi dan anggota Muhammadiyah lainnya.

Ketika menjadi siswa sekolah lanjutan pertama tersebut, hobi membacanya semakin mendapatkan tempat. Gus Dur, misalnya, didorong oleh gurunya untuk menguasai Bahasa Inggris, sehingga dalam waktu satu-dua tahun Gus Dur menghabiskan beberapa buku dalam bahasa Inggris.

Di antara buku-buku yang pernah dibacanya adalah karya Ernest Hemingway, John Steinbach, dan William Faulkner. Di samping itu, ia juga membaca sampai tuntas beberapa karya Johan Huizinga, Andre Malraux, Ortega Y. Gasset, dan beberapa karya penulis Rusia, seperti: Pushkin, Tolstoy, Dostoevsky dan Mikhail Sholokov. Gus Dur juga melahap habis beberapa karya Wiill Durant yang berjudul ‘The Story of Civilazation’. Selain belajar dengan membaca buku-buku berbahasa Inggris, untuk meningkatan kemampuan bahasa Ingrisnya sekaligus untuk menggali informasi, Gus Dur aktif mendengarkan siaran lewat radio Voice of America dan BBC London. Ketika mengetahui bahwa Gus Dur pandai dalam bahasa Inggis, Pak Sumatri-seorang guru SMEP yang juga anggota Partai Komunis-memberi buku karya Lenin ‘What is To Be Done’ . Pada saat yang sama, anak yang memasuki masuki masa remaja ini telah mengenal Das Kapital-nya Karl Marx, filsafat Plato,Thales, dan sebagainya. Dari paparan ini tergambar dengan jelas kekayaan informasi dan keluasan wawasan Gus Dur.

Setamat dari SMEP Gus Dur melanjutkan belajarnya di Pesantren Tegarejo Magelang Jawa Tengah. Pesantren ini diasuh oleh K.H. Chudhari, sosok kyai yang humanis, saleh dan guru dicintai. Kyai Chudhari inilah yang memperkenalkan Gus Dur dengan ritus-ritus sufi dan menanamkan praktek-praktek ritual mistik. Di bawah bimbingan kyai ini pula, Gus Dur mulai mengadakan ziarah ke kuburan-kuburan keramat para wali di Jawa. Pada saat masuk ke pesantren ini, Gus Dur membawa seluruh koleksi buku-bukunya, yang membuat santri-santri lain terheran-heran. Pada saat ini pula Gus Dur telah mampu menunjukkan kemampuannya dalam berhumor dan berbicara.

Dalam kaitan dengan yang terakhir ini ada sebuah kisah menarik yang patut diungkap dalam paparan ini adalah pada acara imtihan-pesta akbar yang diselenggarakan sebelum puasa pada saat perpisahan santri yang selesai menamatkan belajar-dengan menyediakan makanan dan minuman dan mendatangkan semua hiburan rakyat, seperti: Gamelan, tarian tradisional, kuda lumping, jathilan, dan sebagainya. Jelas, hiburan-hiburan seperti tersebut di atas sangat tabu bagi dunia pesantren pada umumnya. Akan tetapi itu ada dan terjadi di Pesantren Tegalrejo.

Setelah menghabiskan dua tahun di pesantren Tegalrejo, Gus Dur pindah kembali ke Jombang, dan tinggal di Pesantren Tambak Beras. Saat itu usianya mendekati 20 tahun, sehingga di pesantren milik pamannya, K.H. Abdul Fatah, ia menjadi seorang ustadz, dan menjadi ketua keamanan. Pada usia 22 tahun, Gus Dur berangkat ke tanah suci, untuk menunaikan ibadah haji, yang kemudian diteruskan ke Mesir untuk melanjutkan studi di Universitas al-Azhar. Pertama kali sampai di Mesir, ia merasa kecewa karena tidak dapat langsung masuk dalam Universitas al-Azhar, akan tetapi harus masuk Aliyah (semacam sekolah persiapan). Di sekolah ia merasa bosan, karena harus mengulang mata pelajaran yang telah ditempuhnya di Indonesia. Untuk menghilangkan kebosanan, Gus Dur sering mengunjungi perpustakaan dan pusat layanan informasi Amerika (USIS) dan toko-toko buku dimana ia dapat memperoleh buku-buku yang dikehendaki.

Terdapat kondisi yang menguntungkan saat Gus Dur berada di Mesir, di bawah pemerintahan Presiden Gamal Abdul Nasr, seorang nasioonalis yang dinamis, Kairo menjadi era keemasan kaum intelektual. Kebebasan untuk mengeluarkkan pendapat mendapat perlindungan yang cukup. Pada tahun 1966 Gus Dur pindah ke Irak, sebuah negara modern yang memiliki peradaban Islam yang cukup maju. Di Irak ia masuk dalam Departement of Religion di Universitas Bagdad samapi tahun 1970. Selama di Baghdad Gus Dur mempunyai pengalaman hidup yang berbeda dengan di Mesir. Di kota seribu satu malam ini Gus Dur mendapatkan rangsangan intelektual yang tidak didapatkan di Mesir. Pada waktu yang sama ia kembali bersentuhan dengan buku-buku besar karya sarjana orientalis Barat. Ia kembali menekuni hobinya secara intensif dengan membaca hampir semua buku yang ada di Universitas.

Di luar dunia kampus, Gus Dur rajin mengunjungi makam-makam keramat para wali, termasuk makam Syekh Abdul Qadir al-Jailani, pendiri jamaah tarekat Qadiriyah. Ia juga menggeluti ajaran Imam Junaid al-Baghdadi, seorang pendiri aliran tasawuf yang diikuti oleh jamaah NU. Di sinilah Gus Dur menemukan sumber spiritualitasnya. Kodisi politik yang terjadi di Irak, ikut mempengaruhi perkembangan pemikiran politik Gus Dur pada saat itu. Kekagumannya pada kekuatan nasionalisme Arab, khususnya kepada Saddam Husain sebagai salah satu tokohnya, menjadi luntur ketika syekh yang dikenalnya, Azis Badri tewas terbunuh.

Selepas belajar di Baghdad Gus Dur bermaksud melanjutkan studinya ke Eropa. Akan tetapi persyaratan yang ketat, utamanya dalam bahasa-misalnya untuk masuk dalam kajian klasik di Kohln, harus menguasai bahasa Hebraw, Yunani atau Latin dengan baik di samping bahasa Jerman-tidak dapat dipenuhinya, akhirnya yang dilakukan adalah melakukan kunjungan dan menjadi pelajar keliling, dari satu universitas ke universitas lainnya. Pada akhirnya ia menetap di Belanda selama enam bulan dan mendirikan Perkumpulan Pelajar Muslim Indonesia dan Malaysia yang tinggal di Eropa. Untuk biaya hidup dirantau, dua kali sebulan ia pergi ke pelabuhan untuk bekerja sebagai pembersih kapal tanker. Gus Dur juga sempat pergi ke McGill University di Kanada untuk mempelajari kajian-lkajian keislaman secara mendalam. Namun, akhirnya ia kembali ke Indoneisa setelah terilhami berita-berita yang menarik sekitar perkembangan dunia pesantren. Perjalanan keliling studi Gus Dur berakhir pada tahun 1971, ketika ia kembali ke Jawa dan mulai memasuki kehidupan barunya, yang sekaligus sebagai perjalanan awal kariernya.

Meski demikian, semangat belajar Gus Dur tidak surut. Buktinya pada tahun 1979 Gus Dur ditawari untuk belajar ke sebuah universitas di Australia guna mendapatkkan gelar doktor. Akan tetapi maksud yang baik itu tidak dapat dipenuhi, sebab semua promotor tidak sanggup, dan menggangap bahwa Gus Dur tidak membutuhkan gelar tersebut. Memang dalam kenyataannya beberapa disertasi calon doktor dari Australia justru dikirimkan kepada Gus Dur untuk dikoreksi, dibimbing yang kemudian dipertahankan di hadapan sidang akademik.

Perjalanan Karir

Sepulang dari pegembaraanya mencari ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang dan memilih menjadi guru. Pada tahun 1971, tokoh muda ini bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas Tebu Ireng Jombang. Tiga tahun kemudian ia menjadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, dan pada tahun yang sama Gus Dur mulai menjadi penulis. Ia kembali menekuni bakatnya sebagaii penulis dan kolumnis. Lewat tulisan-tulisan tersebut gagasan pemikiran Gus Dur mulai mendapat perhatian banyak. Djohan Efendi, seorang intelektual terkemuka pada masanya, menilai bahwa Gus Dur adalah seorang pencerna, mencerna semua pemikiran yang dibacanya, kemudian diserap menjadi pemikirannya tersendiri. Sehingga tidak heran jika tulisan-tulisannya jarang menggunakan foot note.

Pada tahun 1974 Gus Dur diminta pamannya, K.H. Yusuf Hasyim untuk membantu di Pesantren Tebu Ireng Jombang dengan menjadi sekretaris. Dari sini Gus Dur mulai sering mendapatkan undangan menjadi nara sumber pada sejumlah forum diskusi keagamaan dan kepesantrenan, baik di dalam maupun luar negeri. Selanjutnya Gus Dur terlibat dalam kegiatan LSM. Pertama di LP3ES bersama Dawam Rahardjo, Aswab Mahasin dan Adi Sasono dalam proyek pengembangan pesantren, kemudian Gus Dur mendirikan P3M yang dimotori oleh LP3ES.

Pada tahun 1979 Gus Dur pindah ke Jakarta. Mula-mula ia merintis Pesantren Ciganjur. Sementara pada awal tahun 1980 Gus Dur dipercaya sebagai wakil katib syuriah PBNU. Di sini Gus Dur terlibat dalam diskusi dan perdebatan yang serius mengenai masalah agama, sosial dan politik dengan berbagai kalangan lintas agama, suku dan disiplin. Gus Dur semakin serius menulis dan bergelut dengan dunianya, baik di lapangan kebudayaan, politik, maupun pemikiran keislaman. Karier yang dianggap ‘menyimpang’-dalam kapasitasnya sebagai seorang tokoh agama sekaligus pengurus PBNU-dan mengundang cibiran adalah ketika menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahunn 1983. Ia juga menjadi ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1986, 1987.

Pada tahun 1984 Gus Dur dipilih secara aklamasi oleh sebuah tim ahl hall wa al-‘aqdi yang diketuai K.H. As’ad Syamsul Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 di Situbondo. Jabatan tersebut kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Yogyakarta (1989), dan muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan ketua umum PBNU kemudian dilepas ketika Gus Dur menjabat presiden RI ke-4. Meskipun sudah menjadi presiden, ke-nyleneh-an Gus Dur tidak hilang, bahkan semakin diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Dahulu, mungkin hanya masyarakat tertentu, khususnya kalangan nahdliyin yang merasakan kontroversi gagasannya. Sekarang seluruh bangsa Indonesia ikut memikirkan kontroversi gagasan yang dilontarkan oleh K.H. Abdurrahman Wahid.

Catatan perjalanan karier Gus Dur yang patut dituangkan dalam pembahasan ini adalah menjadi ketua Forum Demokrasi untuk masa bakti 1991-1999, dengan sejumlah anggota yang terdiri dari berbagai kalangan, khususnya kalangan nasionalis dan non muslim. Anehnya lagi, Gus Dur menolak masuk dalam organisasi ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Tidak hanya menolak bahkan menuduh organisai kaum ‘elit Islam’ tersebut dengan organisasi sektarian.

Dari paparan tersebut di atas memberikan gambaran betapa kompleks dan rumitnya perjalanan Gus Dur dalam meniti kehidupannya, bertemu dengan berbagai macam orang yang hidup dengan latar belakang ideologi, budaya, kepentingan, strata sosial dan pemikiran yang berbeda. Dari segi pemahaman keagamaan dan ideologi, Gus Dur melintasi jalan hidup yang lebih kompleks, mulai dari yang tradisional, ideologis, fundamentalis, sampai moderrnis dan sekuler. Dari segi kultural, Gus Dur mengalami hidup di tengah budaya Timur yang santun, tertutup, penuh basa-basi, sampai denga budaya Barat yang terbuka, modern dan liberal. Demikian juga persentuhannya dengan para pemikir, mulai dari yang konservatif, ortodoks sampai yang liberal dan radikal semua dialami.

Pemikiran Gus Dur mengenai agama diperoleh dari dunia pesantren. Lembaga inilah yang membentuk karakter keagamaan yang penuh etik, formal, dan struktural. Sementara pengembaraannya ke Timur Tengah telah mempertemukan Gus Dur dengan berbagai corak pemikirann Agama, dari yang konservatif, simbolik-fundamentalis sampai yang liberal-radikal. Dalam bidang kemanusiaan, pikiran-pikiran Gus Dur banyak dipengaruhi oleh para pemikir Barat dengan filsafat humanismenya. Secara rasa maupun praktek prilaku yang humanis, pengaruh para kyai yang mendidik dan membimbingnya mempunyai andil besar dalam membentuk pemikiran Gus Dur. Kisah tentang Kyai Fatah dari Tambak Beras, KH. Ali Ma’shum dari Krapyak dan Kyai Chudhori dari Tegalrejo telah membuat pribadi Gus Dur menjadi orang yang sangat peka pada sentuhan-sentuhan kemanusiaan.

Dari segi kultural, Gus Dur melintasi tiga model lapisan budaya. Pertama, Gus Dur bersentuhan dengan kultur dunia pesantren yang sangat hierarkis, tertutup, dan penuh dengan etika yang serba formal; kedua, dunia Timur yang terbuka dan keras; dan ketiga, budaya Barat yang liberal, rasioal dan sekuler. Kesemuanya tampak masuk dalam pribadi dan membetuk sinergi. Hampir tidak ada yang secara dominan berpengaruh membentuk pribadi Gus Dur. Sampai sekarang masing-masing melakukan dialog dalam diri Gus Dur. Inilah sebabnya mengapa Gus Dur selalu kelihatan dinamis dan suliit dipahami. Kebebasannya dalam berpikir dan luasnya cakrawala pemikiran yang dimilikinya melampaui batas-batas tradisionalisme yang dipegangi komunitasnya sendiri.

Penghargaan

• Tokoh 1990, Majalah Editor, tahun 1990
• Ramon Magsaysay Award for Community Leadership, Ramon Magsaysay Award Foundation, Philipina, tahun 1991
• Islamic Missionary Award from the Government of Egypt, tahun 1991
• Penghargaan Bina Ekatama, PKBI, tahun 1994
• Man Of The Year 1998, Majalah berita independent (REM), tahun 1998
• Honorary Degree in Public Administration and Policy Issues from the University of Twente, tahun 2000
• Gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, tahun 2000
• Doctor Honoris Causa dalam bidang Philosophy In Law dari Universitas Thammasat Thaprachan Bangkok, Thailand, Mei 2000
• Doctor Honoris Causa dari Universitas Paris I (Panthéon-Sorbonne) pada bidang ilmu hukum dan politik, ilmu ekonomi dan manajemen, dan ilmu humaniora, tahun 2000
• Penghargaan Kepemimpinan Global (The Global Leadership Award) dari Columbia University, September 2000
• Doctor Honoris Causa dari Asian Institute of Technology, Thailand, tahun 2000
• Ambassador for Peace, salah satu badan PBB, tahun 2001
• Doctor Honoris Causa dari Universitas Sokka, Jepang, tahun 2002
• Doctor Honoris Causa bidang hukum dari Konkuk University, Seoul Korea Selatan, 21 Maret 2003.

Sumber: http://forum.nu.or.id/viewtopic.php?f=4&t=892&sid=735255e9179b4378c757ed4301a6635b

.
.

Nama:
Abdurrahman Wahid

Lahir:
Denanyar, Jombang, Jawa Timur, 4 Agustus 1940.

Orang Tua:
Wahid Hasyim (ayah), Solechah (ibu).

Istri :
Sinta Nuriyah

Anak-anak :
Alisa Qotrunada Zannuba Arifah Anisa Hayatunufus Inayah Wulandari

Pendidikan :
• Pesantren Tambak Beras, Jombang (1959-1963)
• Departemen Studi Islam dan Arab Tingkat Tinggi, Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir (1964-1966)
• Fakultas Surat-surat Universitas Bagdad (1966-1970)

Karir
• Pengajar Pesantren Pengajar dan Dekan Universitas Hasyim Ashari Fakultas Ushuludin (sebuah cabang teologi menyangkut hukum dan filosofi)
• Ketua Balai Seni Jakarta (1983-1985)
• Penemu Pesantren Ciganjur (1984-sekarang)
• Ketua Umum Nahdatul Ulama (1984-1999)
• Ketua Forum Demokrasi (1990)
• Ketua Konferensi Agama dan Perdamaian Sedunia (1994)
• Anggota MPR (1999)
• Presiden Republik Indonesia (20 Oktober 1999-24 Juli 2001)

Penghargaan
• Penghargaan Magsaysay dari Pemerintah Filipina atas usahanya mengembangkan hubungan antar-agama di Indonesia (1993)
• Penghargaan Dakwah Islam dari pemerintah Mesir (1991)

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/99134/Biografi_Singkat_Gus_Dur

.

Al Fatehah …

Selamat jalan putera terbaik umat dan bangsa. Jasamu akan dikenang di negeri ini..

66 thoughts on “Biografi Gus Dur

  1. Innalillahi wainna ilaihi rojiun.
    saya ikut mengucapkan bela sungkawa bagi keluarga yang ditinggalkan.
    menurut saya sebaiknya ada penelusuran lebih lanjut, mengapa penderita yang sebelumnya dehidrasi berat karena diare setelah makan dirumah makan, makan manggot? –> dilakukan operasi yang beresiko tinggi, apalagi gula darahnya sempat drop 70?, apakah kami tidak sebaiknya menerima informasi yang lebih trasparan. ataukah sebaiknya kami diam saja?
    semoga allah swt menerima beliau disisinya, amin.
    al fatekah.

  2. SELAMAT JALAN BAPAK PLURALISMEKU
    Semangat juang yang gigih telah kau torehkan dalam tulisan yang membangun atas seluruh kepentingan rakyat.walau kau telah digulingkan dari Presiden RI saat itu, namamu takkan luntur namamu dihati rakyat.demi ta’dzimku kepadamu Wahai sang guru besar,Aku mengucap Innalillahi wainna ilaihi rojiun.
    semoga seluruh perjuanganmu kami semua dapat melanjutkan.dan Jiwamu tak akan redup dimakan Zaman,walau Sang kholiq telah memanggilmu.kau tetap bujaan dalam hati bagi kami rakyat jelata,kini harapan yang kau trehkan tinggal kenangan tapi jiwa perjuanganmu tettap hidup dihati Rakyat.
    SELAMAT JALAN KH ABDURRAHMAN WAHID,

  3. innalillahiwainnailaihi roji’un….

    saya turut berduka cita atas meninggalnya bapak abdurahman wahid…
    semoga Allah membalas semua kebaikan nya semasa belia hidup. dan di beri kelapangan dan ampunan di alam sana.
    amien…

  4. semoga semuanya menjadi pelajaran buat kita bersama yang baik kita ambil yang jelek kita tinggalkan dan semoga arwanya diterima Allah kuburanya jangan dijadikan untuk minta minta yang menjadi musrik

  5. yang namanya cinta terkadang menghilangkan akal sehat,hal ini saya rasakan semasa di Jombang,saya kira mmemnag demikian keadaan ilmiah agama yang mungkin berkembang,sakpai salah satu mursid saya waktu itu mengatakan”kalau seandainya aku katakan demikian,ada akan mengikuti”

    Yah.. mungkin ini bukan yang mmenjadi info sekarang agar kita bs memilih secara obyektif,maka marilah kita bandingkan,

    eBook Downloads

    bahaya pemikiran gusdur
    http://www.pdf-search-engine.com/bahaya-pemikiran-gusdur-pdf.html

    • Uut, anda membenci Gus Dur. Sehingga sebenar dan sebaik apapun Gus Dur, di mata anda tetap salah. Bukalah hati anda. Jangan biarkan penyakit hati menggerogoti anda. Sebagai sesama muslim, saya coba menasehati anda dlm kebaikan.

    • uut…saya sebenarnya sebagai laki2 senang2 aja kalo ada pelacur murahan yang di turunkan dari keluarga kamu…bisa tuk menghibur orang laki2 dimana saja….cuma itu aja yang bisa saya kasih saran padamu….gak perlu panjang lebar…karna kamu ga akan mengerti maksud “pelacur” itu…

  6. innalillahi wainnalillahi roojiuun

    shubehanalah wal haqmdulillah walaailaahailallah walloohuakbar
    sungguh mulianya beliau karena berkat jasa-jasanyalah kita bisa hidup begini
    tanpa ada kekurangan sedikit pun

    SLAMAT JALAN GUS.,.,.,.,.,.,

    AL-fatihah

  7. bahkan saya pernah baca dalam buku “Gus Dur Merubah-rubah ayat Al-Qur’an, disitu disebutkan bahwa ada ulama dari Jawa Timur (Katanya dari kalangan NU sendiri) berkata Gus Dur itu imam yang sudah kentut jadi tidak boleh diikuti, saya sarankan kepada saudara-saudaraku jangan perasaan menjadi delap mata tetapi lihatlah secara hakiki dari perbuatan orang apakah benar berdasarkan agama atau tidak

    –> mengenai hal mengubah-ubah ayat al Qur’an,.. ehm saya baru dengar kali ini. Dan sampai saat ini tak terbukti, tak ada ayat al Qur’an versi Gus Dur ataupun tafsirnya. Maka berita itu kemungkinan besar hanyalah fitnah kepadanya saja. Alangkah beruntungnya GD yang punya tabungan akhirat gratis.

    Mengenai hal digambarkan sebagai imam yg kentut, silakan saja. Saya kira perbedaan pendapat adalah hal yang biasa.

    wallahu a’lam.

  8. Innalillahi wa innailihi rojiun kami sekeluarga turut berduku cita atas meninggalnya Beliu dan semoga akan terus ada penggantinya bila ingat janji ALLOH bila 1 Kekasihnya wafat dari yg keseratus maka akan diganti Oleh-NYA…Amiin

  9. Gus Dur itu besar hanya karena kakek dan ayahnya. Coba baca lebih lengkap tentang biografi Gus Dur, maka anda akan tahu siapa Gus Dur yang diagung-agungkan banyak orang. Apakah sopan, jika seorang yang bergelar kiyai menghina kitab sucinya sendiri???

    –> kakek GD orang besar … biarlah sejarah membuktikan
    ayah GD orang besar … biar sejarah membuktikan
    GD sendiri orang besar, atau nebeng ayahnya … biar sejarah membuktikan. Mengenai kata anda terakhir, saya belum pernah mendengarnya. Orang-orang terdekat/murid2/santri2-nya tak pernah mengungkitnya. Fitnah atau kenyataan? Bukan urusan saya. Silakan anda cek lebih lanjut, sebelum ikut menyebarkannya.

    • Gus Dur Besar tidak menunggu KAMU untuk mengakui…
      Tanpa pengakuan km, tidak akan mengurangi sedikitpun KEBESARAN Gus Dur..
      Pernah ada pengunjung pemakaman sebesar pemakaman GUS DUR???
      Hingga Hari ini pun masih penuh sesak pengunjung dan pengagum beliau yang hadir untuk memberikan penghormatan di makam beliau…

  10. Gus Dur Patung Pluralisme, Tubuh Budha Muka Gus Dur

    Peringati 40 Hari, Gus Dur Dipatungkan

    Senin, 8 Februari 2010 – 6:43 WIB

    MAGELANG (Pos KOta) – Sejumlah seniman di Magelang, Jawa Tengah, membuat patung Gus Dur di Studio Mendut. Pembuatan patung ini juga untuk memperingati 40 hari meninggalnya Presiden ke-4 RI itu.

    Ada empat patung, yakni Sinar Hati Gus Dur karya Cipto Purnomo, Gunung Gus Dur karya Ismanto, Presiden di Sarang Penyamun karya Samsudin, dan Gladiator Gus Dur karya Jono.

    Seluruh patung berbahan dasar batu. Terdapat juga lukisan karya Mami Kato berjudul Gus Dur dan Gembiraloka.

    Keempat patung memiliki model yang menggambarkan Gus Dur sebagai tokoh pluralisme. Misalnya, patung karya Ismanto di mana badan Gus Dur dikerumuni satwa. Sementara karya Cipto Purnomo, patung Gus Dur dibuat dengan tubuh Budha.

    “Mudah-mudahan, masyarakat mampu menangkap karya seniman ini,” kata Sutanto, permilik studio. (nurqomar/suatmadji/ds/j)

    http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/02/08/peringati-40-hari-gus-dur-dipatungkan

    lebih rinci kunjungi

    http://www.nahimunkar.com/gus-dur-patung-pluralisme-tubuh-budha-muka-gus-dur/

  11. maaf nich, kalo kakek gusdur ane sangat mahabbah beliau tokoh sekaligus pejuang dan ulama yang istiqomah, dan pantas untuk di beri gelar pahlawan. namun maaf sepak terjang gusdur kebalikan dengan datuknya yaitu kh hasyim asyari. contoh : pada saat beliau jadi presiden ingin buka hubungan dagang dengan israel, ane faham karena beliau dulu salah satu pengurus organisasi di israel, lalu ada goyang ngebor(goyang maksiat) inul, kan beliau yang belain, lalu ummat islam beramai2 dukung RUU pornografi, beliau yang tolak dan malah mengatakan Alqur’an kitab paling porno, lalu saudara muslim kita di palestina di bantai oleh israel beliau malah datang keisrael dan mendapat medali pluralisme, lalu dukung aliran sesat ahmadiyah, dan sampai bersumpah beliau sampai mati akan bela ahmadiyah, lalu Allah kabulkan permintaannya, belaiau almarhum namun sampai saat ini beliau tercatat sebagai pengaju secara pribadi atas judicial review uu no1 pnps 1965 tentang penodaan agama.
    berpikirlah secara objective, dan katakan kulill haqo walaukana murron. ” katakanlah yang benar walaupun pahit “

    • Inilah masalahnya kalau tentang pemaknaan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamiin. Mungkin kalau anda lihat seorang pendosa anda akan langsung membantainya. Sedang Nabi Muhammad yang pada suatu masa tiap hari diludahi seseorang..beliau cari saat pada suatu hari tidak ada lagi yang meludahinya. Ternyata orang itu sakit, dan beliau Nabi menjenguknya…begitulah cara Nabi membuat orang bertaubat, bukan dengan cara-cara model fir’aun yang memenggal siapapun yang dianggap tidak sepaham dengan dirinya..

      • seandainya rasullullah S.A.W masih hidup tentu saja beliu telah menghukum gusdur. kita semua mengetahui setelah Rasullullah S:.A.W wafat maka ada lagi di turun kan nabi, biarpun untuk kaum atau satu bangsa dan dan sesebuah suku. kalau memang mau cari kebenarang jangan hanya fanatik saja. datang kemedia2 kusus nya yang ada di Aceh. gusdur murtag itu pernah mencap kan dirinya sebagai nabinya orng Aceh.

      • cari dulu faktanya kalo gusdur itu nabinya orang aceh, dan orang yang mengatakan orang murtad itu dia telah murtad sendiri kalau gak percaya baca sulamuttaufiq
        kalu faktanya emang benar berarti kamu menggunjing tapi kalau itu salah kamu telah MEMFITNAH.

  12. Innalillahi wa innailihi rojiun kami sekeluarga turut berduku cita atas meninggalnya Beliu dan semoga akan terus ada penggantinya bila ingat janji ALLOH bila 1 Kekasihnya wafat dari yg keseratus maka akan diganti Oleh-NYA…Amiin

    • saya tidak mau mengatakan sesuatau kebaikan dan keburkan seseorang siapapun dia, tapi yang sya tau, siapa saja yang mempersekutu kan Allah adalah murtad, termasuk mengaku nabi kepada sesebuah kaum atau suku. tolong selidiki gusdur pernah mengungkap kan dirinya sebagai nabi orng Aceh. ini gak susah di selidiki. datang aja ke media2, merek a pasti ada lagi berita yang dulu

      • mmmm…cuma segitu infonya gan?….ente tau dampak dari pernyataan kontoversi itu? mantab gan kalo ente sudah tau? mantab bgt GUSDUR dahh!!!

  13. Oh..iya…pluralismae itu…
    bermacam ragam…ya!
    jadi kalau ada yg berbeda dgn keyakinan kita..kita terima dgn sak wasangka ..yg baik, ya!
    hmmmm….

    so…gimana dg pendapat saya bahwa 7 40 100 1000…itu dari ajaran Hindu India?

    –> sebuah produk (termasuk produk budaya/tradisi) dapat berasal dari manapun. Rasul saw pun tak menghapus budaya arab (jahiliyah) yang tak menentang syariat islam.

  14. Assalamu Alaikum Wr.Wbr.
    Kepada Saudara/Sahabatku sesama muslim alangkah indahnya perbedaan dan mari kita hormati perbedaan seperti Gus Dur menghormati perbedan.
    Mari jangan kita saling menghina karena perbedaan, jadikan perbedaan semakin mempersatukan kita semua dalam meningktakan kejaan Islam di bumi Nusantara yang kita cintai.
    Bagi Saudaraku/Sahabatnku yang tercinta bagi yang tidak setuju dengan pemikiran Gus Dus monggo, tetapi tolong tidak menghina Beliau, dan bagi yang terlanjur mencintai Gus Dus sebaiknya Anda bersabar, dan tidak membalas dengan komentar yang benada emosional. Mungkin saja yang membenci Beliau karena tidak tahu dan belum mengerti dengan sifat Beliau.
    Mari kita berdoa untuk keselamatan Gus Dur di alam Baqa sana, dan mari pula kita berdoa kiranya Allah SWT. senantiasa melimpahkan rahmat sarta maghfirahNYA kepada kita semua (baik yang senang maupun yang tidak senang dengan Gus Dur)yang masih diberi kesempatan oleh ALLAH SWT. untuk menghirup hawa segarnya dunia.
    Amien. – Wassalam

    • setuju sekali dengan pendapat anda bung, dan semoga umat Islam selalu diberi petunjuk dan dilindindungi dari kerusakan oleh lawan Islam…..amin.

  15. –> sebuah produk (termasuk produk budaya/tradisi) dapat berasal dari manapun. Rasul saw pun tak menghapus budaya arab (jahiliyah) yang tak menentang syariat islam.

    Oh ya, bagaimana pendapat anda jika membaca hadits dibawah ini, bukankah hari raya jahiliyah yg ada di hadits di bawah tsb tidak menentang syariat, lalu kenapa Nabi shollallohu alaihi wa sallam memerintahkan mereka untuk melupakan hari-hari jahiliyyah tsb?????

    Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
    “Aku datang ke Madinah ketika penduduknya memiliki dua hari yang mereka bermain-main pada dua hari itu pada masa jahiliyyah, dan sesungguhnya Alloh ta’ala telah mengganti keduanya untuk kalian dengan yang lebih baik daripada keduanya : Iedul Fithri dan Iedul Adha.” [HR Ahmad, Abu Dawud & an-Nasa’i]

    Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
    “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang menipu, (dimana) akan dibenarkan padanya orang yang berdusta dan dianggap dusta orang yang jujur, orang yang berkhianat dianggap amanah dan orang yang amanah dianggap berkhianat dan akan berbicara Ar-Ruwaibidhoh. Ditanyakan : “Siapakah Ar-Ruwaibidhoh itu?” Beliau berkata : “ORANG DUNGU YANG SOK BERBICARA TTG URUSAN ORANG BANYAK (UMMAT)”.(HR Ahmad 2/291, 338, Ibnu Majah no.4036, Al-Hakim 4/465-466, 512)

    –> Tradisi arab telah ada sebelum baginda Nabi saw lahir. Setelah masa kerasulan beliau saw, ada yang dipertahankan .. ada pula yang dihapus. Apa yang saudara tulis adalah salah satu contohnya.

    Saya akan sebut dua contoh yang lain. Tradisi haji. Haji telah menjadi tradisi arab jauuh sebelum baginda Nabi saw lahir. Kelak haji ini dilestarikan, bahkan menjadi salah satu rukun islam, menjadi salah satu ibadah wajib. Tentu saja dengan syariat islam, dan setelah (tradisi) kemusyrikannya dibersihkan.

    Puasa Asyuro. Ini ibadah (dan bisa disebut sebagai tradisi) Yahudi. Telah ada jauuh sebelum baginda Nabi saw. Islam bahkan melestarikannya .. dan menambahkannya dengan puasa sunnah sebelum atau sesudah Asyuro.

    mas .. maaf yaa .. hadits anda terakhir itu bagus sekali. Tetapi apakah maksud anda ditampilkan di sini? Maaf .. jika hanya untuk men-cap kami sebagai yg dimaksud di hadits itu .. alangkah sedihnya hati kami. Hati-hati lhoo mas .. sebagaimana dalil tentang menyebut saudara-nya kafir .. itu semua dapat berbalik arah.

    wallahu a’lam.

  16. selamat jalan bapaku engkau adalah orang yg sangat jenius dan cerdik moga kepintaranmu akan menular di sifatku…………Amiennnnnnnnnnnnn

    wasalam

  17. Goblokmu, haji dan puasa Asyura itu bukan tradisi, tp Ibadah

    –> iyaa .. sekarang. Tapi awalnya itu bukan ibadah. Dulunya… haji itu tradisi arab, dan puasa asyuro itu ibadahnya kaum yahudi.

    • Mas orgawam, kata-kata kasar dari hamba allah itu ternyata ditujukan utk dirinya. Harap mas orgawam mafhum

  18. hai orang yg benci gusdur!!, kamu hanya kerikil tidak ada artinya ketimbang gusdur dan hukuman ALLAAH atasmu

  19. Bagaimana cara seorang menilai kepribadian diri sendiri? Baik dan buruknya,yaitu seorang yg sering mencari kesalahan orang lain berarti ia buruk hatinya begitu sebaliknya,berarti anda termasuk yg mana ya?

  20. Ngomong ga usa pajang lebar bawa2 hadis segala nyalain orang lain,ya kalau yg d salain pasti salah, klau ga gmna?apakah kita da lebih baik dari yang kita salain,malah ga dapat pahala malah malah ngurangi dosa orang lain seng rukun podo islam,e nabi angung ga pernah gajari geger satu saudara

    –> bener mbak/mas .. istilah modern-nya kini, instropeksi diri. Sungguh menghitung amal sendiri jauh lebih utama dari pada tuding sana sini. Semoga kita termasuk orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. amien.

  21. Dulunya… haji itu tradisi arab………MANA DALILNYA????
    Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang yang benar (QS. Al Baqoroh:111)

    –> maaf .. rupanya ilmu sejarah anda kurang. Ada istilah tahun Gadjah yg merupakan tahun kelahiran baginda Nabi saw. Tercatat ketika itu seorang raja ingin menghancurkan Ka’bah. Ceritanya ada di dalam surah al Fiil. Kenapa sang raja ingin menghancurkan Ka’bah?

    Coba anda baca sejarah Nabi saw, sebelum beliau lahir, masa kecil, masa2 awal dakwah, perkenalannya dengan kaum Anshar. Era dakwah sebelum hijrah. DLL. Mungkin di kitab Maulid juga ada. Silakan simak.

    Kalau anda tak tahu juga .. apakah perlu nanti saya carikan?

    • Kalau dibilang haji hanya sekedar tradisi Arab, saya rasa kurang tepat. Namun untuk lebih jelasnya lebih baik saya beri link ke artikel tentang haji.

      http://abusyafwan.blogspot.com/2007/02/perintah-allah-untuk-berhaji.html

      –> yang saya maksud adalah bahwa tradisi haji itu sudah ada sejak sebelum ibadah Haji diperintahkan kepada baginda Nabi saw dan umatnya, dan menjadi salah satu rukun islam. Haji diperintahkan di era Nabi Ibrahim as, kemudian turun temurun menjadi tradisi Arab.

  22. KLo kita mw menelaah perdebatan di atas, sebenarnya kesimpulannya mudah, yang sudah jelas2 ada perintahnya untuk meneruskan perbuatan tsb y diteruskan, yg tidak ada perintahnya ya tidak bisa diqiyaskan, karena memang tidak ada qiyas dalam hal ibadah……

    –> anda zakat fitrah pakai apa mas .. beras. Itu Qiyas.

  23. Qiyas? gak salah? berarti antum harus belajar tafsir hadits tsb dari para ulama, jangan dari para kyai quburiyyun, atau jangan2 anda menafsirkan hadits tsb dengan HAWA NAFSU ANDA SENDIRI?????
    STATEMENT ANDA MEMBUKTIKAN KEJAHILAN ANDA DALAM MENAFSIRKAN HADITS TTG ZAKAT FITRAH…..

    Perhatikan penjelasannya di bawah ini

    “Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam mewajibkan zakat fithri (ketika Ramadhan berakhir) bagi setiap orang merdeka atau budak, lelaki atau perempuan, yang besar maupun kecil dari kalangan muslimin berupa kurma (tamr) atau gandum sebanyak 1 sha’. Dan beliau memerintahkan agar zakat ini ditunaikan sebelum kaum Muslimin keluar menuju lapangan (untuk menunaikan) sholat Ied. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

    Dengan apa zakat fithri dibayarkan
    Dari hadits di atas kita ketahui bahwa zakat fithri adalah dengan memberikan gandum dan tamr (kurma) seberat 1 sha’. Lalu apakah terbatas hanya pada dua jenis makanan ini? Maka pertanyaan ini akan terjawab dengan hadits marfu’ (sanadnya sampai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam) yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudry bahwasanya dia berkata: “Kami dahulu memberikan zakat fithri di masa Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam seukuran 1 sha’ makanan atau 1 sha’ kurma atau 1 sha’ gandum atau 1 sha’ aqith (susu kambing yang dipanaskan hingga berbusa lalu diambil saripatinya dan dibiarkan hingga mengeras) atau 1 sha’ anggur kering.”

    Ternyata dalam dua hadits ini, tidak kita dapati penyebutan beras atau sagu sebagai bahan makanan pokok di negeri ini. Sehingga apakah kita harus mencari bahan-bahan yang tersebut dalam dua hadits di atas untuk membayar zakat fithri kita?

    Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah, pendapat yang paling masyhur di dalam madzhab Hanbali (madzhabnya pengikut Imam Ahmad ibnu Hanbal) adalah pendapat bahwa membayar zakat dengan bahan-bahan selain yang disebutkan dalam dua hadits di atas adalah tidak sah. Akan tetapi pendapat ini, wallahu a’lam, adalah pendapat yang marjuh/ lemah. Sebab dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudry mengatakan: “Kami (para sahabat Nabi) memberikan zakat fithri di masa Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam berupa 1 sha’ makanan.” Abu Sa’id Al-Khudry berkata: “DAN MAKANAN KAMI PADA SAATI ITU ADALAH GANDUM, ANGGUR KERING, DAN AQITH.”

    Riwayat ini menunjukkan bahwa makanan yang dibayarkan adalah MAKANAN POKOK YANG PALING BANYAK DIBUTUHKAN OLEH PENDUDUK SUATU NEGERI. Dan ini adalah pendapat ulama dari madzhab Malikiyyah dan Syafi’i dan diriwayatkan pula dari Imam Ahmad, serta dibenarkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Syaikh Muqbil ibnu Hadi Al-Wadi’iy rahimahullah ta’ala.

    Syaikh Abdullah ibnu Abdirrahman ibnu Shalih Al-Bassam dalam Taisirul ‘Allam – keterangan beliau terhadap kitab Umdatul Ahkam – (I/404) mengatakan: “Bahan makanan yang paling utama untuk zakat fithri (dari bahan-bahan makanan yang ada) adalah bahan makanan pokok yang paling dibutuhkan oleh kaum muslimin (faqir dan miskin) setempat.” Sehingga di Indonesia, bahan makanan yang paling baik untuk zakat fithri adalah beras. Wallahu a’lam.

    –> hadits aslinya di atas. Penjelasan di bawah (yang berakhir dengan beras) itu yaa QIYAS … mas. Itu bukan hadits lagi, tetapi QIYAS atas makanan pokok.

  24. Goblokmu, beras itu ya tafsir dari perkataan Abu Sa’id Al-Khudry yang berkata: “DAN MAKANAN KAMI PADA SAATI ITU ADALAH GANDUM, ANGGUR KERING, DAN AQITH.”

    Riwayat ini menunjukkan bahwa makanan yang dibayarkan adalah MAKANAN POKOK YANG PALING BANYAK DIBUTUHKAN OLEH PENDUDUK SUATU NEGERI. Dan ini adalah pendapat ulama dari madzhab Malikiyyah dan Syafi’i dan diriwayatkan pula dari Imam Ahmad, serta dibenarkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Syaikh Muqbil ibnu Hadi Al-Wadi’iy rahimahullah ta’ala.

    –> yaa sudah…sudah. semua goblok, kecuali penyembah kuburan. dahh manut azza dehh.

    • to Mantan penyembah Kuburan,

      mas, dari ucapan Abu Sa’id Al-Khudry itu adakah disebut beras?

      dari “GANDUM, ANGGUR KERING, DAN AQITH” disimpulkan oleh ulama mazhab menjadi “MAKANAN POKOK YANG PALING BANYAK DIBUTUHKAN OLEH PENDUDUK SUATU NEGERI” lalu di Indonesia jadi “BERAS”..

      apa itu bukan Qiyas namanya???
      anda mikirnya pake apa sih?

  25. ”…ojo ngafirne wong liyo, kafire dewe ndak diketokne”

    ”kelawan konco, dulur lan tonggo, kang podo rukun, ojo di sio…”

  26. Pingback: Sejarah(Manaqib) Para Ulama’ « zidatulhidayah

  27. aku senang membaca tulisan mantan penyembah qubur, terutama ; : : : ;;;; goblok, goblok, goblok , indah sekali . ……………..sing goblok sapa ???????

  28. coba siapa yang bisa jelaskan ke saya;
    kiyai ko , tidak mengharuskan istri dan anak perempuannya berjilbab dengan benar….
    kemana tuh ilmu kyainya?

    • emang lo pikirin?knp lo repot2 mikirin orang lain sedang dirimu keluargamu sanak sodaramu belum lo pikirin….. jangan suka jadi penonton ….saat kita jadi pemain… biar tau rasanya

  29. ketika lampu padam, maka apa yang ada dalam depan kita tidak bisa di lihat meskipun nyata ada, itu semua karena keterbatasan kemampuan kita. begitu juga gus dur orang memandang jelek hanya karena kurang bisa mendalami dan memahami pemikiran gusdur karena terlalu lemahnya pemikiran dan kedalaman lmu. jangan minilai sutu kata berdasarkan makna yang nampak. karena ada makna dhohir dan batin. unyuk mrngetahui makna dhohir d butuhkan kualitas intelektual yang memadai
    pemikiran yang dangkal dan semangat hanya akan menimbulkan radikalitas

  30. orang yang ribut karena gak kebagian….. yang kebagian bakal menyanjung….yang ngeliat cuma geli deh…. kok pada ribut ada apa cih?intropeksi diri aja daripada ribut…. yang ribut kan pingin terkenal….kaleeee…. ayo mas, mbak, kakak, adik sodara2 intropeksi masing2 yoooo

  31. maklumlah kita ini kan penonton yang sering kali menyalahkan pemain yang tidak cocok dgn nurani kita, dan menyanjung pemain itu bila sesuai selera kita…. kapan kita jadi pemain beneran? kok cuma bisanya jadi penonton…

  32. Kalian yg bahasanya kasar islam beneran apa nggak yaa ? Apa kalian preman bersurban yg bermulut comberan….
    Saya Non Muslim jd ktawa liat umpatan2 kalian,klu gak sepaham diam saja gak usah merasa sok suci.
    Kami bisa menilai siapa yg baik diantara kalian bukane kalian yg sok nganggep paling baik sendiri.Gus Dur tdk butuh pengakuan apapun krn dia gak butuh itu… kami tau itu.. dia jauh lebih baik dari kamu ( yg suka cela Gus Dur )… jgn coreng agama sendiri bung….

Leave a comment